Kegiatan rutin madrasah yang didokumentasikan dalam bentuk video setiap bulannya
Ita Pahlawan Cilik Pecinta Lingkungan
Ita Pahlawan Cilik Pecinta Lingkungan
Oleh: Ayana Izzatul Mahya
Ada
seorang anak kecil yang bernama Ita. Dia masih berumur lima tahun, dan memiliki rasa
keingintahuan yang tinggi. Dia sering bertanya-tanya tentang apapun yang tidak ia
ketahui kepada Ibunya, terutama terkait lingkungan sekitarnya. Pada suatu hari
saat Ita dan Ibunya sedang berada di taman Ita melihat ada dua tong besar. Ita
penasaran dengan tong yang ia lihat, lalu Ita pun mengintip isi dari salah satu
tong tersebut. Setelah ia buka tutup tong tersebut ia terkejut karena banyak
lalat berterbangan dan bau yang menyengat. “Uh, bau apa ini!?” kata Ita, lalu
Ita pun berlari ke Ibunya dan menggandeng tangannya lalu mengajaknya
ke tempat tong tersebut berada. “Ada apa nak?” tanya Ibu “Mama, kenapa tong ini
bau?” “Ooh, itu namanya tempat sampah”. “Apa itu sampah?” Lalu Ibu menjelaskan
“Sampah itu sisa yang sudah tidak berguna dan juga sudah tidak terpakai, nak.
Misalnya Ita habis makan cemilan, terus bungkusnya Ita makan nggak?” “Nggak ma”
Lalu Ita pun bertanya beberapa hal lainnya tentang sampah kepada Ibunya. “Ooh,
jadi begitu ya ma?” “Iya nak, jadi kalau Ita melihat ada orang yang membuang
sampah selain di tempat sampah seperti di sungai dan selokan Ita ingatkan ya
nak?” “Oke ma!”
Suatu
hari saat Ita bersepeda bersama teman-temannya ia melihat ada sekelompok anak
laki-laki yang usianya sekitar anak SMA sedang membuang sampah di sungai. Ita
dan teman-temannya pun menghentikan kayuh sepedanya, “Eh, itu mereka lagi
ngapain?” Tanya salah satu teman Ita yang bernama Amel sambil menunjuk para
remaja tersebut “Eh, bukannya itu sampah ya? Kok dibuang ke sungai? Nanti
kan sungainya kotor” Kata Titi. Lalu Ita pun teringat kata ibunya “jadi kalau
Ita melihat ada orang yang membuang sampah selain di tempat sampah seperti di
sungai dan
selokan Ita ingatkan ya nak?”. Akhirnya Ita pun mengajak teman-temannya untuk
menghentikan perbuatan anak-anak remaja itu. Ita, Amel dan Titi meninggalkan
sepeda mereka di pinggir jalan dan menuju anak-anak tadi. “Hei! Kalau buang
sampah jangan di sungai! Nanti banjir loh...!” Kata Ita. Salah satu anak tersebut
menjawab “Heleh, kalian masih kecil aja loh nggak usah ikut campur sama kami!”
Titi berkata “Lah daripada kalian, sudah besar kok masih belum mengerti kalau
membuang sampah sembarangan itu dilarang?” Salah satu dari mereka lagi-lagi
menjawab “Huh, terserah kami lah mau ngapain. Lagi pula sungai ini luas kok
dek, nggak bakalan banjir...” Amel bertanya “Kalau kotornya?” “Hissss...!!!
Nggak bakalan kotor, kan udah dimasukkan ke dalam plastik besar. Dah, udah
udah! Kalian anak-anak kecil pergi sana syuh! Syuh! (Mengusir) jangan
mengganggu kami! Atau kalian ku dorong ke sungai!!!” “Atau kami laporin ke
polisi!?” Ita dan teman-temannya dengan kompak mengancam anak-anak remaja,
namun anak-anak remaja tersebut masih bisa menjawab “Emangnya bisa anak kecil
seperti kalian lapor ke polisi ha? Ini ada kayu besar (menunjuk ke salah satu
kayu yang berada di sebelahnya) kalo kalian terus menghalangi kami.. akan kupukul
kalian pakai kayu itu dan kudorong kalian ke sungai!!!!!”
“Aaaaaaaaaa......!!!!!!” Ita dan teman-temannya pun kabur karena takut di
sakiti oleh anak-anak tadi, akhirnya mereka pulang ke rumahnya dan menceritakan
kejadian ini ke orang tuanya masing-masing.
Beberapa
saat setelah kejadian tersebut, desa mereka tiba-tiba terendam banjir yang
membuat penduduknya diharuskan untuk mengungsi. Di tempat pengungsian Ita
melihat siaran berita, anak-anak remaja yang membuang sampah beberapa saat lalu
diancam pidana penjara paling lama tiga bulan. “Akhirnya anak-anak itu kapok
juga! Tapi
yang kena dampaknya kok orang sekampung?” Ita bertanya sendiri. Setelah
beberapa waktu lama akhirnya desa mereka sudah surut dari banjir, Ita sangat
bahagia dapat kembali ke rumahnya “Hore...!!! Akhirnya pulang juga” teriak Ita
saat pintu rumah mereka akan dibuka. Saat masuk ke rumahnya Ita terkejut karena
kondisi rumahnya sangat kacau. “Loh! Rumah yang dinanti-nanti kok jadi
begini!?” lalu ayahnya mengajak Ita membereskan rumah mereka “Ita, bantu mama
papa beres-beres rumah yuk!” Ita pun mengikuti ajakan itu dan membantu orang
tuanya membereskan rumah. Setelah rumah mereka beres, ada ajakan
dari kepala desa untuk bergotong royong membersihkan sungai yang saat itu
banjir untuk mencegah terjadinya banjir lagi. Ita pun semangat mengikuti
kegiatan tersebut. Saat kegiatan dilaksanakan Ita bertemu dengan Amel “Amel!
Dimana Titi?” Amel menjawab “Titi sedang terkena penyakit kulit, gara-gara
banjir kemarin” “Wah! Kok bisa? Setelah ini aku jenguk Titi ya!”. Tak lama Ita
pun meminta izin ke Ibunya untuk menjenguk temannya itu. “Mama, nanti kalau
sudah selesai bersih-bersihnya boleh nggak aku ke rumahnya Titi? Soalnya Titi
lagi kena penyakit kulit ma” “Boleh, sayang”
“Ma, selain penyakit kulit apa lagi penyakit yang disebabkan oleh banjir” “Ada
demam berdarah, diare, demam banjir, masih banyak lagi nak” “Wah, ternyata
sampah lumayan merepotkan ya! Gara-gara sampah jadi banjir, gara-gara banjir
jadi harus mengungsi, harus beres-beres rumah, dan banyak penyakit” “Makannya
lingkungan itu perlu dijaga dengan baik agar tidak merugikan kita, salah satu
cara adalah membuang sampah di tempatnya” “Tapi kan ma, kalau cuma dibuang
berarti masih ada di bumi dong. Gimana caranya biar sampah jadi nggak ada?”
“Ooh, sampah yang di tempat sampah akan diurus oleh tukang sampah. Sedangkan
ada juga sebagian sampah yang bisa dimanfaatkan kembali seperti dijadikan
kerajinan lalu dijual, sampah yang Mama jelaskan saat di taman kan ada dua,
untuk sampah organik bisa dijadikan kompos atau pupuk” “Oooh, begitu ya ma...
aku sekarang jadi lebih mengerti. Terima kasih ya Mama, karena Mama aku jadi
lebih paham tentang sampah dan juga bikin aku jadi peduli lingkungan”.
Akhirnya Ita menjadi anak yang cinta terhadap lingkungan. Setiap ada sampah
yang ia lihat tidak sesuai di tempatnya, Ita buang ke tempatnya. Setiap ada
orang yang mencemari lingkungan, Ita menegur dan memperingatkannya. Setiap ada
orang yang membakar sampah di tempat terbuka, Ita juga menegur dan
memperingatinya. Karena pembakaran sampah terutama sampah plastik juga
berdampak buruk bagi lingkungan.
Semoga kalian suka dengan cerpen yang saya buat ^_^
Smashing Podcast Episode With Paul Boag What Is Conversion Optimization Inspired Design Decisions
Bailey Dobson
Ayana Izzatul Mahya
03 Feb 2023
Hope you like it =) ~Ayana Izzatul Mahya
Amira Firdausi Nuzula
03 Feb 2023
Semangat mba Na,sukses terus.Ceritanya pean bagus banget
Robyatus Sholikhah
03 Feb 2023
Bagus sekali mbak nana
Nurul Amanah
03 Feb 2023
Semangat ya mbak na cerpennya bagus banget semangat mbak😄
Mutiara .
03 Feb 2023
Bagus mbak na keren 👍
M. Putra Ramadhan
03 Feb 2023
Saya sangat terinspirasi oleh ceritanya 👍🏻
Naura Azmi Athifah
03 Feb 2023
Bagus banget bisa memotivasi generasi penerus kita
Amirah Hasna Rozan
03 Feb 2023
Menurutku , cerpen nya tidak ada yang jelek , semuanya bagus semangat terus mbak Nana 😄
Fatikhah Ainun Rizki
03 Feb 2023
Bagus mbak na semangat terus😊
Ayana Izzatul Mahya
03 Feb 2023
Thanks for your commands 😄👍
Iftinah Zaidah Kafatimah
03 Feb 2023
bagus mbk na , semoga sukses
Dimas Alvi Triadi
03 Feb 2023
CERITA YANG MENARIK PERHATIAN KHUSUS UNTUK ANAK Rema yang suka membuang sampah sembarang semat👍👍👍👍👍
Abid Fahmy Muhammad
03 Feb 2023
Cerita yang menarik 👍
Achmad Azzam Fachri Azzaroqy
03 Feb 2023
ceritanya bagus dan menarik
Nisrina Hanin Auliya
03 Feb 2023
Bagus untuk ditiru mbak nana
Annaafiah Fathin Salsabila
03 Feb 2023
Cerpen sudah bagus mbk nana, tetap semangat yah
M Najimuddin Hadziq 'Ajamiy
03 Feb 2023
Saya sangat terinspirasi oleh ceritanya👍👍👍
Fatikhah Ainun Rizki
03 Feb 2023
Semangat mbak na semoga menang ya
Cinta Aurelia Rahma
03 Feb 2023
Semangat terus mbak Na , cerpennya sudah bagus 👍
Fakhir Nabhan
03 Feb 2023
bagus dan bisa ditiru
Silvi Dwi Fatmawati S. Pd
05 Feb 2023
Selalu senang menulis mbak Nana di tunggu karya berikutnya
Ameera Khairani
05 Feb 2023
Semangat kaka 😄